Loading...
Showing posts with label MAKALAH. Show all posts
Showing posts with label MAKALAH. Show all posts

KOLEKSI TUGASKU - Makalah "Pengetahuan Dasar Tentang Air Conditioner (AC) Mobil

January 27, 2020 1 Comment

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu dan teknologi pada era sekarang ini sangatlah pesat dari peningkatan kemampuan, keterampilan dan profesionalisme sumber daya manusia. Berbagai usaha peningkatan telah dilakukan pada semua bidang termasuk dalam bidang otomotif. Perkembangan teknologi pada bidang otomotif berperan cukup besar terhadap kemajuan bidang – bidang lainnya. Untuk itu perlu adanya tenaga – tenaga ahli dalam bidang ini, apalagi menghadapi serbuan negara – negara produsen otomotif dengan pemasaran produk mereka memasuki pasar bebas.
Pada masa era globalisasi ini kenyamanan pada mobil sangatlah diperlukan, industri berlomba – lomba menciptakan inovasi baru untuk menambah kenyamanan mobil yang mereka produksi salah satunya dengan pengaturan suhu, kelembaban udara dan kebersihan didalam ruangan.
Sistem air conditioner dipergunakan untuk mempertahankan kondisi udara baik suhu dan kelembabanya dengan cara berikut :
1.      Pada saat suhu ruangan tinggi air conditioner menyerap panas dari lingkungan sehingga suhu diruangan itu akan turun dan sebaliknya saat suhu ruangan turun air conditioner akan melepaskan panas ke udara sehingga suhu akan naik.
2.      Bersamaan dengan hal itu, kelembaban udara berkurang sehingga kelembaban udara di pertahankan pada tingkat yang nyaman.
Prinsip dasar air conditioner adalah proses penyerapan panas dan pelepasan panas dengan menggunakan suatu zat yang mudah menyerap (refrigerant). Kondisi refrigrant dipengaruhi oleh pengatur dan tekanan yang diberikan kepadanya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Itu Air Conditioner (AC)
2.      Bagaimana Perkembangan Air Conditioner (AC)
3.      Apasaja Komponen Dari System Air Conditioner (AC)
4.      Prinsip Dasar Kerja Air Conditioner (AC)
5.      Sepertiapa Rangkaian Dasar Kelistrikan AC
6.      Bagaimana Proses Kerja AC Mobil
7.      Analisa Kerusakan Air Conditioner (AC)
8.      Apasaja Perawatan AC Mobil
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian
Air Conditioner (AC) Mobil adalah suatu rangkaian komponen yang berfungsi sebagai penyejuk ruangan pada kabin kendaraan. pada dasarnya sistem kerja ac mobil adalah sirkulasi udara dimana komponen-komponen berfungsi saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dengan freon (gas pendingin) sebagai aliran sirkulasi itu sendiri. aliran tersebut terus-menerus bersirkulasi selama mesin dihidupkan. Mobil ber ac adalah kebutuhan dan dapat dibayangkan bagaimana rasanya berada ditengah kemacetan lalu lintas dengan udara yang panas sementara itu ac mobil sedang tidak bekerja.
Apabila didalam ruangan temperaturnya tinggi, maka panas yang diambil agar temperatur turun disebut pendinginan. Sebaliknya, ketika temperatur didalam ruangan rendah, maka panas yang diberikan agar temperatur naik disebut pemanasan. Air conditioner pada mobil, umumnya terdiri atas cooler  dengan pembersih embun (moisture remover) dan pengatur aliran udara.
Air conditioner mempertahankan kondisi udara baik suhu dan kelembabannya  agar nyaman dengan cara sebagai berikut:
1.      Pada saat suhu ruangan tinggi air conditioner akan mengambil panas dari udara sehingga suhu udara di ruangan turun. Sebaliknya saat suhu ruangan rendah air conditioner akan memberikan panas ke udara sehingga suhu udara akan naik.
2.      Bersamaan dengan itu kelembaban udara juga dikurangi sehingga kelembaban udara dipertahankan pada tingkat yang nyaman.
Untuk dapat mempertahankan kondisi udara, mesin AC dilengkapi dengan pemanas (heater) dan pendingin (cooler). Akan tetapi untuk daerah-daerah tropis umunya hanya menggunakan pendingin (penyejuk) saja.
Refrigerant dengan suhu dan tekanan tinggi disimpan didalam receiver, selanjutnya dialirkan ke expansion valve. Disini suhu dan tekanannya berkurang dan sifatnya berubah menjadi gas. Didalam evaporator, refrigerant menguap dan mengambil gas panas dari udara sekitarnya.
B.     Perkembangan Ac Mobil Dari Masa Ke Masa
Fitur penyejuk udara (air conditioning) yang banyak digunakan pada kendaraan dewasa ini tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses dan pengembangan yang cukup panjang.  Awalnya, untuk menyejukkan kabin kendaraan dilakukan dengan cara memasang ventilasi dibagian bawah dashboard dan bukaan pada kaca depan. Namun cara ini belum memuaskan, karena udara yang masuk dari luar justru menimbulkan masuknya debu dan kotoran ke dalam kabin mobil.
Setelah cara ini dianggap kurang efektif, kemudian dipasanglah kipas. Pemasangan kipas angin ternyata cukup lumayan, sebab kipas angin dapat mengurangi panas dan rasa gerah didalam kabin mobil. Seiring berjalannya waktu, penggunaan kipas angin pun dirasakan belum memadai, terutama saat cuaca cukup terik, sehingga jendela mobil masih perlu dibuka. Akibatnya, keamanan dan keselamatan pengendara menjadi kurang terjamin. Adalah William Whitley pada tahun 1884 yang menggunakan penyejuk udara untuk sarana angkutan.
Ia menempatkan balok es di bagian bawah kendaraan dan menggunakan kipas untuk meniupkan hawa dinginnya. Setelah berbagai cara dilakukan , kemudian muncul cara lain yang lebih efektifuntuk mendapatkan kenyamanan di dalam mobil, yakni dengan memasang AC (Air Conditioning). Cikal bakal penggunakan fitur penyejuk udara (AC) dimulai pada tahun 1930-an. Mesin penyejuk ruangan mekanis yang digunakan untuk gudang, bioskop, dan bangunan publik lainnya mulai aplikasikan unruk sistem kendaraan. Mobil pertama yang memilki penyejuk udara mekanis dibuat oleh C&C Kelvinator , CO. Diaplikasikan pada kendaraan John Homman Jr. Di Texas. Pada 23 September 1932, General Motors Research Laboratories menggagas penggunaan penyejuk kendaraan dengan sistem pendingin kompresi uap yang menggunakan bahan Refrigerant R-12
Tahun 1947 pabrikan pembuat alat penyejuk udara pada kendaraan menjadi berkembang dan bertambah besar. Sepanjang tahun 1960, perbaikan dan inovasi sistem penyejuk udara pada kendaraan pun dilakukan. Sebagai contoh pada Chrysler Auto-Temp System, pengendara dapat mensetting temperatur dan kecepatan udara yang diinginkan. Iniah yang kemudian dikenal dengan ‘Climate Control System’.
C.     Komponen AC mobil
1.     Kompressor

Kompressor ac bekerja atau berputar bersama putaran mesin menghisap gas freon dari evaporator melewati pipa low dan memompa atau menekan gas refrigerant menuju kondensor ac lewat saluran pipa ac high pressure. Di dalam kompresor ac terdapat oli kompresor atau oli khusus ac mobil yang berfungsi untuk pelumasan.
2.     Kondensor ac
Condensor digunakan untuk mendinginkan gas refrigent bertekanan dan bersuhu tinggi dan merubahnya menjadi cairan refrigen. Sejumlah panas dilepaskan  ke udara bebas melalui condensor.
Hal ini akan mempengaruhi efek pendinginan di evaporator untuk itu kondensor dipasang didepan kendaraan untuk mendapatkan pendinginan oleh radiator fan dan udara yang lewat saat keandaraan bergerak. Beberapa model kondensor dilengkapi dengan kipas khusus untuk pendingin. Dalam kondensor akan terjadi perubahan bentuk zat pendingin, karena kondensasi yang dilakukan oleh kondensor. Perubahan bentuk itu dari gas menjadi cair.
3.     Receiver drier
Refrigerant cair dari kondensor ac masuk ke inlet receiver drier melewati deciscant atau filter untuk menyaring kalau terdapat kotoran. Beberapa sistem ac mobil tidak di perlukan receiver drier karena proses pelepasan panas atau pendinginan yang baik terjadi di kondensor sehingga proses kondensasi di kondensor terjadi dengan sempurna. Bentuk serta tipe drier juga bermacam-macam, ada yang terpisah dengan kondensor atau pun menjadi satu dengan kondensor.
a.       Konstruksi
Saringan diskonstruksi berupa tabung silinder yang di dalamnya terdapat sel silika yang menyerap uap air pada zat pendingin.Pada bagian atas saringan kebanyakan dilengkapi dengan kaca pengontrol untuk melihat zat pendingin yang beredar dalam sistem. Adakalanya pada saringan dipasangkan dua buah sakelar yang bekerja berdasarkan tekanan atau temperatur (sakelar menghubung bila tekanan atau temperatur dalam saringan melebihi dari batas maximal).
Kadang – kadang saringan dilengkapi pula dengan tutup pengaman yang terbuat dari wood metal. Tutup pengaman ini akan cair bila temperatur zat pendingin sudah mencapai batas yang di tentukan.
4.     Thermostat
Alat ini berfungsi memberikan sinyal kondisi temperature kabin ke kompresor secara otomatis. Di dalam thermostat terdapat sensor yang akan mendeteksi suhu pada evaporator. Jika thermostat rusak, evaporator bisa membeku karena pemutus arus listrik tidak bekerja. Thermostat juga berfungsi mengatur proses kerja kompresor AC. Pada thermostat terdapat tabung indra panas yang berisi gas yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Tabung ini terpasang pada evaporator di bagian saluran angin keluar. Ketika suhu penguapan refrigerant cair di dalam evaporator naik, gas di dalam tabung indra panas akan memuai dan mendorong alas diafragma ke atas.
Dengan demikian, sakelar yang terhubung dengan magnetic clutch akan mendapat aliran listrik, sehingga kompresor bekerja. Sebaliknya, jika suhu pada saluran angin keluar di evaporator turun melewati batas normal, gas di dalam tabung indra panas akan menyusut. Alas diafragma yang sebelumnya terdorong oleh tekanan gas akan kembali ke bawah karena terikan pegas, sehingga sakelar memutus arus listrik ke kopling magnet. Akibatnya kompresor berhenti bekerja.
5.     Expansi valve
Katup expansi berfungsi untuk mengatur refrigeran yang masuk ke evaporator. Katup ekspansi dilengkapi pegas katup, bola thermal, dan diafragma. Katup ditekan oleh pegas agar selalu menutup sedangkan bola thermal selalu berusaha mendorong katup untuk membuka. Diafragma terletak di atas katup expansi dan berhubungan dengan pena penggerak katup. Jika pena katup turun, maka katup akan membuka dan sebaliknya apabila kompresor hidup, maka aliran refrigeran cair yang bertekanan tinggi masuk dan katup jarum akan membuka lebar.
Ketika kevakuman pada saluran masuk, besar tekanan dalam bola thermal sangat tinggi , kemudian tekanan ini diteruskan oleh diafragma lewat pipa kapiler. Tekanan bola thermal dalam diafragma melawan tekanan pegas katup dan tekanan pipa equalizer sampai diafragma melengkung. Lengkungan diafragma tersebut diteruskan ke katup dengan perantaraan pena penggerak. Katup membuka dan refrigeran dalam evaporator naik karena dipanasi oleh udara hangat yang melewati evaporator, akibatnya refrigeran mendidih dan menjadi gas. Gas refrigeran tersebut mengalir menuju saluran pemasukan pemasukan ke kompresor.
6.     Evaporator atau Cooling Unit
Evaporator merupakan alat penukar kalor yang berfungsi memindahkan kalor dari udara yang dikondisikan ke refrigerant. Seperti kondensor, evaporator tersusun dari pipa-pipa dan sirip-sirip dalam jumlah yang banyak. Refrigeran masuk evaporator dalam bentuk kabut pada tekanan dan temperature rendah. Udara dari kabin dihembuskan oleh blower melewati kisi-kisi evaporator. Udara yang bertemperatur lebih tinggi daripada refrigerant yang mengalir dalam evaporator, akan melepaskan kalor dan diserap oleh refrigerant, sehingga temperature udara turun menjadi lebih dingin yang selanjutnya akan mendinginkan udara dalam kabin. Refrigeran keluar dari evaporator dalam fase uap.
7.     Blower
Komponen ini berfungsi mengeluarkan gas dingin yang dihasilkan oleh refrigrant yang melewati katup expansi, sehingga udara dingin memasuki ruang kendaraan,
8.      Heater Unit
Merupakan pemanas atau menghembuskan udara panas ketika angin blower melewati heater, heater mendapatkan panas dari saluran air pendingin mesin atau air radiator. Heater Unit pada ac mobil banyak ditemukan pada kendaraan yang diperuntukan untuk pemakaian mobil di daerah dingin.
9.   Zat Pendingin ( Refigerant )
Refrigerant adalah media pemindah panas yaitu senyawa yang bersikulasi pada sistim A/C. Untuk menghasilkan efek pendinginan. Refrigrant yang dipakai pada kendaraan sekarang ini adalah R 134a yang tidak mempunyai sifat sebagai perusak ozon (karena tidak mengandung chlor). Dahulu yang umum dipakai adalah freon jenis R - 12 namun karena merusak lapisan ozon maka diganti dengan jenis R 134a yang ramah lingkungan.
Namun perlu diketahui AC yang didesain menggunakan zat pendingin R - 12 tidak boleh begitu saja dicampur atau full diganti R 134a tanpa mengganti beberapa sparepart sistem AC dan jenis oli kompresor. Hal ini mengingat molekul R 134a lebih kecil dari R - 12. Kalau anda memaksakan mencampur tanpa mengganti spare part dan oli kompresor maka dipastikan kompresor macet / rusak serta sering freon habis karena bocor.
D.  Prinsip Dasar Kerja AC
Sering kali pada percobaan telah dibuktikan, air dan bensin yang di turunkan tekanannya akan lebih cepat menguap. Pada percobaan lain juga dinyatakan bahwa, apabila jari kita diberi bensin, kemudian ditiupkn udara maka jari kita akan terasa dingin.
Proses kenaikan dan penurunan tekanan seperti di sampaikan pada percobaan di atas berlangsung secara alami, agar prose situ agar dapat diterapakan pada sistem air conditioner, maka sistem air condentiner harus terdiri dari bagian-bagian yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tekanan, dan bagian-bagian yang befungsi untuk menyerap panas dan melepaskan panas, supaya penguapan dan penyerapan panas dapat berlangsung.
E.  Rangkaian Dasar Kelistrikan AC Mobil
Berikut rangkaian dari sistem kelistrikan AC pada mobil :
Keterangan :
Pada gambar diatas terdiri atas dua bagian besar, yaitu rangkaian blower dan rangkaian thermostat.
1.  Rangkaian Blower berfungsi untuk mengatur kecepatan kipas blower dengan menggunakan switch / saklar blower. Rangkaian ini hanya dasar, dan pada dasarnya setiap AC mobil menggunakan alur ini, namun dengan berbagai tambahan sesuai dengan kebutuhan.
2. Rangkaian Thermostat berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus secara otomatis. Hal ni terjadi berdasarkan besar suhu yang di terima oleh komponen thermostat. Jika suhu pada ruangan sudah dingin, maka secara otomatis thermostat akan memutuskan arus yang mengalir ke kopling magnet yang ada dikompresor dengan menggunakan relay, sehingga kompresor berhenti bekerja. Sebaliknya, jika suhu di ruangan panas atau tidak sesuai dengan keinginan pengguna yang di setel pada panel pengatur suhu, maka thermostat akan membuka arus yang mengalir ke kopling magnet dengan menggunakan relay. Sehingga kompresor bekerja.
F.  Proses Kerja AC Mobil  
Setelah anda mengetahui fungsi dari semua komponen AC mobil, maka selanjutnya mengetahui proses kerja sistem AC mobil sebagai berikut:
1. Kompresor mengkompresikan gas/ uap refrigerant yang bertemperatur tinggi dan bertekanan tinggi karena menyerap panas dari evaporator ditambah panas dari evaporator ditambah panas yang dihasilkan saat langkah pengeluaran (dischange).
2. Gas refrigerant mengalir kedalam kondensor, didalam kondensor gas refrigerant dikondensasikan menjadi carian atau terjadi perubahan keadaan yaitu pengembunan refrigerant.
3. Cairan refrigerant mengalir kedalam recevier untuk disaring antara cairan refrigerant dengan oli sampai evaporator memerlukan refrigerant untuk diuapkan.
4. Katup ekspansi menurunkan tekanan dan temperatur/ suhu cairan refrigerant yang bertekanan  dan bertemperatur tinggi menjadi rendah.
5. Gas refrigerant yang dinngin dan berembun ini mengalir kedalam evaporator refrigerant menguap dan menyerap panas dari udara luar atau terjadi pengkabutan udara sehingga suhu diluar akan dingin.
Dengan demikian ac mobil mempunyai fungsi mengatur suhu udara, mengatur sirkulasi udara, mengatur kelembaban (humidity) udara, dan mengatur kebersihan udara. Sehingga salah satu dari beberapa banyaknya perangkat mobil yang sangat penting adalah ac mobil.
Langkah kerja ac mobil dibagi jadi tiga keadaan yakni :
1. Waktu ac mobil mati
Pada waktu ini seluruhnya gas freon yang ada dalam system ac memiliki suhu serta desakan yang sama yakni desakan ada dikisaran 120 - 150 psi
2. Waktu ac mobil baru dinyalakan
Gas freon ac mobil dipompa kompresor untuk dialirkan kesemua system serta dikabutkan oleh expansi valve ke evaporator jadi uap dingin yang lalu ditiup oleh angin blower ke semua kabin. pada step ini beban pendinginan pada ruangan tetap besar maka lubang pada expansivalve (D) membesar serta pengabutannya juga semakin banyak hingga pendinginan ruangan bakal lebih cepat terwujud.
3.  Pada waktu ac telah lama nyala serta ruangan suhunya telah rendah
Gas freon dipompa kompresor untuk dialirkan kesemua sistem serta dikabutkan oleh expansi valve ke evaporator jadi uap dingin yang lalu ditiup oleh angin blower ke semua kabin. pada step ini beban pendinginan pada ruangan telah terwujud maka lubang pada expansivalve mengecil serta pengabutannya juga lebih sedikit. waktu kedinginan telah meraih derajat spesifik kompresor bakal berhenti bekerja serta kemuadian bakal nyala kembali untuk mengawali sistem pendinginan
G. Analisa Kerusakan                      
Air Conditioner sekarang bukan lagi termasuk barang mewah yang hanya terdapat dimobil-mobil mahal. Semua mobil baru telah menawarkan AC sebagai salah satu perlengkapan standar. Produsen truk un telah menawarkan AC sebagai salah satu perlengkapan standar kabin mendampingi power steering.
Karena dipergunakan terus-menerus, terutama diluar kota-kota besar agar tetap beroperasi optimal unit AC juga memerlukan perawatan. Hal yang paling mudah dalam merawat AC adalah menyerahkannya ke teknisi profesional. Namun, yang menjadi pertanyaan kapan AC harus dilakukan perawatan dan perbaikan. Untuk itu perlu mengetahui gejala-gejala malfungsi yang wajib diperhatikan, diantaranya yaitu :
1. Bau Busuk
Bau busuk yang keluar begitu AC dinyalakan, biasanya terjadi akibat adanya bakteri, mikroorganisme, jamur yang menumpuk disekitar kisi-kisi AC di dasboard. Untuk menghilangkan bau mengganggu itu, bersihkan dengan antibacterial treatments. Cairan ini bisa didapatkan dengan mudah di toko-toko aksesoris mobil. Ketika jamur sudah bersih, udara yang disemprotkan AC akan segar lagi.
2. Kurang Dingin
Jika AC kurang dingin, tiba saatnya untuk melakukan perbaikan. Menurunya daya kerja AC bisa disebabkan adanya kebocoran atau refrigerant  sudah waktunya diganti atau ditambah. Untuk memperbaiki hal ini lebih baik dilakukan teknisi bengkel AC.
3.  Terdengar Bunyi Aneh
Jika muncuk suara-suara aneh atau tidak biasa dari AC yang sebelumnya tidak ada, sangat disarankan untuk sesegera mungkin melakukan pemeriksaan. Adanya suara-suara yang merupakan gejala awal atau indikasi kerusakan kompresor. Kompresor meerupakan bagian paling mahal dari sistem AC. Jika bearing pada kompresor pecah atau rusak, berarti komponn-komponen lain terkontaminasi partikel logam itu. Sistem harus dikuras serta diperlukan penggantian kompresor dan komponen lain, sehingga dibutuhkan biaya yang sangat mahal.
4.  Ada Tetesan Air
Jika ada tetesan air dibawah mobil, jangan terkejut, karena hal itu normal-normal saja. Tetesan air tersebut berasal dari evaporator. Evaporator memiliki pipa yang memungkinkan untuk mengalirkan air keluar mobil. Kadang-kadang pipa ini tersumbat atau patah, sehingga evaporator tidak bisa mengalirkan air keluar mobil dan malah ke dalam kabin. Problem ini bisa dibatasi dengan biaya yang sangat murah.
H. Perawatan AC Mobil
Pada dasarnya berkendaraan Mobil akan terasa nyaman, jika penyejuk udara (AC) bekerja dengan sempurna. Sekarang ini, AC sudah menjadi suatu kebutuhan apalagi dikota besar. Tips berikut ini dapat membantu Anda melakukan perawatan AC sendiri sebelum kondisi AC menjadi rusak berat:
1. Jagalah selalu kebersihan kabin dari debu dan kotoran. Terutama karpet 2 lembar yang didepan karena akan tersedot kedalam evaporator (lembab) sehingga terjadi jamur dan spora sangat tidak baik buat kesehatan, dan menimbulkan bau yg tidak enak bila pertama kali AC dihidupkan.
2. Saat mencuci mobil, buka kap mesinnya dan semprotkan air yang kencang pada bagian Condensor AC (yang bentuknya mirip radiator dan biasanya terletak di depan radiator) kotoran atau debu yang menempel bila dibiarkan akan mengeras bisa mengakibatkan korosi atau keropos sehingga menjadi bocor pada bagian kondensor AC.
3. Periksalah ExtraFan (kipas) yang didepan Condensor apakah berputar bila AC dinyalakankan. Bila tidak segera ganti, akan mengakibatkan Compressor AC rusak atau selang highpress bisa meledak.
4. Jangan merokok di dalam mobil karena asapnya bisa mengotori Evaporator AC/Cooling Coil Unit karena nikotin yang lengket dan akan berlendir serta menimbulkan bau tak sedap dan susah untuk dihilangkan.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Sistem air conditioner dipergunakan untuk mempertahankan kondisi udara baik suhu dan kelembabanya dengan cara berikut :
1.  Pada saat suhu ruangan tinggi air conditioner menyerap panas dari lingkungan sehingga suhu diruangan itu akan turun dan sebaliknya saat suhu ruangan turun air conditioner akan melepaskan panas ke udara sehingga suhu akan naik.
2.  Bersamaan dengan hal itu, kelembaban udara berkurang sehingga kelembaban udara di pertahankan pada tingkat yang nyaman
B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, kiranya kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
http://baru-belajar-mesin.blogspot.co.id/2015/10/sistem-ac-air-conditioner mobil.html
http://situsotomotif2.blogspot.co.id/2016/03/ini-susunan-makalah-yang-baik-dan-benar.html
https://mazfixs.files.wordpress.com/2014/03/komponen-fungsi-dan-cara-kerja-sistem-ac.pdf
http://priyo-chan.blogspot.co.id/2016/04/makalah-sistem-air-conditioner-ac.html
http://www.wanasaba.com/laporan-kuliah-kerja-industrikki-sistem-air-conditioner-pada-mobil/
http://abariok.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-ac-mobil.html

KOLEKSI TUGASKU - Reformasi Birokrasi Melalui Ideologi Pancasila

January 26, 2020 Add Comment

TUGAS
KEWARGANEGARAAN
Reformasi Birokrasi Melalui Ideologi Pancasila





Oleh :

NAMA :  Stef Ardian Arika Jaya
NIM : 1715213120
KELAS : II D


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BALI
BADUNG
2018


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang berazaskan Pancasila dan memiliki sumber hukum yaitu UUD 1945. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum dan berbagai macam peraturan baik itu undang-undang, perpres, perpu, peraturan pemerintah, perda, dan lain sebagainya. Indonesia telah mengalami berbagai macam peristiwa yang menyangkut sistem pemerintahan.
Kini Indonesia memasuki masa reformasi. Masa dimana demokrasi dan kebebasan berpendapat menjadi yang utama di negeri ini. Sistem pemerintahan Indonesia dari waktu ke waktu semakin berkembang. Sampai sekarang sudah terjadi banyak sekali perubahan yang berarti dalam sistem pemerintahan Indonesia, salah satunya adalah perubahan dalam sistem birokrasi.
Di Negara berkembang terutama Indonesia, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat belum bisa dikatakan baik karena pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah belum bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi geografis, sumber daya manusia, sumber penerimaan, dan teknologi informasi.
Dan pastinya sangat diperlukan solusi yang baik untuk mengatasi bagaimana caranya memperbaiki birokrasi yang ada di Indonesia, karena setiap negara yang baik juga memiliki kondisi birokrasi yang baik dan stabil.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas bagaimana pelaksanaan birokrasi di Indonesia. Dan sudah bisa dianggap efisien atau belum jika dibandingkan dengan karakteristik birokrasi Weber.


1.2     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat disusun rumusan sebagai berikut
1.      Apa saja model- model Birokrasi?
2.      Bagaimana model birokrasi Indonesia?
3.      Apa kelebihan dan kekurangan model birokrasi Indonesia?

1.3    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui model-model birokrasi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana model birokrasi Indonesia.
3.      Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan model birokrasi Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Birokrasi

Sejauh ini, birokrasi menunjuk pada empat pengertian, yaitu: Pertama, menunjuk pada kelompok pranata atau lembaga tertentu. Pengertian ini menyamakan birokrasi dengan biro. Kedua, menunjuk pada metode khusus untuk pengalokasian sumberdaya dalam suatu organisasi besar. Pengertian ini berpadanan dengan istilah pengambilan keputusan birokratis. Ketiga, menunjuk pada “kebiroan” atau mutu yang membedakan antara biro-biro dengan jenis-jenis organisasi lain. Pengertian ini lebih menunjuk pada sifat-sifat statis organisasi (Downs, 1967 dalam Thoha, 2003). Keempat, sebagai kelompok orang, yakni orang-orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle, Suyatno, dan Nurhadiantomo, 1983). Dalam kehidupan sehari-hari istilah Birokrasi setidak-tidaknya dimaknai sebagai berikut (Albrow dalam Zauhar, 1996):
1. Bureaucracy as Rational Organization
Birokasi sebagai Organisasi Rasional. Dalam pengertian ini birokrasi dimaknai sebagai suatu organisasi yang rasional dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Setiap tindakan birokrasi hendaknya mengacu pada pertimbangan-pertimbangan rasional.
2. Bureaucracy as Rule by Official
Birokrasi sebagai Aturan yang dijalankan oleh para pejabat. Birokrasi merupakan seperangkat aturan yang dijalankan oleh para pejabat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan itu dibuat guna mempermudah proses pelayanan publik. Namun pada kenyataannya aturan tersebut sering disalahgunakn demi kepentingan pejabat yang bersangkutan. Akibatnya masyarakat menjadi antipati dengan berbagai aturan yang dibuat oleh pejabat publik dan cenderung tidak ditaati.

3. Bureaucracy as Organizational Ineficiency
Birokrasi sebagai Pemborosan yang dilakukan oleh organisasi. Pemborosan(ineficiency) yang dimaksudkan adalah pemborosan dalam segi waktu,tenaga, finansial maupun sumber daya lainnya. Seringkali niat baik birokrasiuntuk memberikan layanan yang efisien justru berbalik menjadi layanan yang tidak efisien dan mengecewakan masyarakat. Karena itu masyarakat menjadi apatis terhadap berbagai slogan efisiensi yang disampaikan oleh aparat birokrasi. Semangat debirokratisasi menjadi tidak bermakna k arena tidakdiimbangi dengan sikap dan perilaku para pejabat yang tidak konsisten dan konsekuen dengan pernyataannya. Birokrasi justru dianggap sebagai tempat bersarangnya berbagai penyakit organisasi modern seperti pembengkakan pegawai, biaya tinggi dan sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
4. Bureaucracy as Public Administration
Birokrasi sebagai Administrasi Publik. Birokrasi dalam hal ini disama artikan dengan administrasi publik. Administrasi Publik adalah proses pengelolaan sumber daya publik untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat. Birokrasi adalah unsur pelaksana dari administrasi publik agar tujuan pelayanan kepada masyarakat tercapai secara efektif, efisien dan rasional.
5. Bureaucracy as Administration by Officials
Birokrasi sebagai Administrasi yang dilaksanakan oleh para pegawai. Dalam hal ini pemahaman terhadap makna birokrasi hampir sama dengan bureaucracy as rule by official dan bureaucracy as public administration.
6. Bureaucracy as the Organization
Birokrasi sebagai Organisasi. Organisasi yang dimaksudkan adalah organisasi memiliki struktur dan aturan-aturan yang jelas dan formal. Organisasi merupakan suatu sistem kerjasama yang melibatkan banyak orang, dimana setiap orang mempunyai peran dan fungsi serta tugas yang saling mendukung demi tercapainya tujuan organisasi. Organisasi sebagai sistem kerjasama berarti: (a) sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang dirumuskan secara baik, dimana masing-masing mengandung wewenang, tugas dan tanggung jawab yang memungkinkan setiap orang dapat bekerjasama secara efektif; (b) sistem penugasan pekerjaan kepada orangorang berdasarkan kekhususan bidang kerja masing-masing; (c) sistem yang terencana dari suatu bentuk kerjasama yang memberikan peran tertentu untuk dilaksanakan kepada anggotanya.
7. Bureaucracy as Modern Society
Birokrasi merupakan ciri dari masyarakat modern. Bagi masyarakat modern keberaturan merupakan sebuah kemestian. Keberaturan itu dapat dicapai jika dilaksanakan oleh suatu institusi formal yang dapat mengendalikan perilaku menyimpang masyarakat. Institusi formal itu adalah birokrasi. Secara etimologi Birokrasi berasal dari istilah ‘buralist’ yang dikembangkan oleh Reiheer von Stein pada 1821, kemudian menjadi ‘bureaucracy’ yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional, impersoal dan leglistik (Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002). Birokrasi menurut Evers dalam Zauhar (1996) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu:
1. Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan aparat administrasi publik. Makna ini adalah sejalan dengan ide Weber tentang birokrasi, dan oleh Evers dinamakan Birokrasi Weber (BW).
2. Birokrasi dipandang sebagai bentuk organisasi yang membengkak dan jumlah pegawai yang besar. Konsep inilah yang sering disebut Parkinson Law.
3. Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan maksud mengontrol kegiatan masyarakat. Oleh Evers (dalam Zauhar) disebut Orwelisasi.

Dengan demikian maka Istilah Birokrasi dalam masyarakat dimaknai secara diametral (bertentangan satu sama lain yang tidak mungkin mencapai titik temu):

1. Secara Positif: Birokrasi sebagai alat yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya alat yang efisien dan efektif ini maka tujuan suatu organisasi (privat maupun publik) lebih mudah tercapai.
2. Secara Negatif: Birokrasi sebagai alat untuk memperoleh, mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan. Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inflexibility) dan kemandegan struktural (structural static), tatacara yang berlebihan (ritualism) dan penyimpangan sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian (alienation) serta otomatis (automatism) dan menutup diri terhadap perbedaan pendapat (constrain of dissent). Birokrasi seperti ini menurut Marx bersifat parasitik dan eksploitatif. Dengan demikian maka Birokrasi dapat juga dimaknai sebagai suatu sistem kerja yang berlaku dalam suatu organisasi (baik publik maupun swasta) yang mengatur secara ke dalam maupun keluar. Mengatur ke dalam berarti berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut hubungan atau interaksi antara manusia dalam organisasi juga antara manusia dengan sumber daya organisasi lainnya. Sedangkan mengatur keluar berarti berhubungan dengan interaksi antara organisasi dengan pihak lain baik dengan lembaga lain maupun dengan individu-individu.
Konsep birokrasi sesungguhnya berupaya mengaplikasikan prinsipprinsip organisasi yang dimaksudkan untuk memperbaiki efisiensi administrasi, meskipun birokrasi yang keterlaluan seringkali justru menimbulkan efek yang tidak baik. Mouzelis menambahkan bahwa dalam birokrasi terdapat aturanaturan yang rasional, struktur organisasi dan proses berdasar pengetahuan teknis dan dengan efisiensi yang setinggi-tingginya. Di samping diberikan makna yang cukup positif tersebut, birokrasi juga sering dimaknai secara negatif. Dalam perspektif yang negatif ini birokrasi dimaknai sebagai sebagai suatu proses yang berbelit-belit, waktu yang lama, biaya yang mahal dan menimbulkan keluh kesah  yang pada akhirnya ada anggapan bahwa birokrasi itu tidak efisien dan bahkan tidak adil. Biasanya masalah administrasi yang kompleks dan ruwet terdapat pada organisasi besar, seperti organisasi pemerintahan. Akan tetapi, sebenarnya
birokrasi tidak dibatasi hanya pada institusi sektor publik saja. Serikat Dagang, Universitas, dan LSM merupakan contoh birokrasi di luar pemerintah.
Berikut ini adalah beberapa pengertian birokrasi dalam pandangan beberapa pakar:
1. Max Weber
Weber menulis banyak sekali tentang kedudukan pejabat dalam masyarakat modern. Baginya kedudukan pejabat merupakan tipe penanan sosial yang makin penting. Ciri-ciri yang berbeda dari peranan ini ialah: pertama, seseorang memiliki tugas-tugas khusus untuk dilakukan. Kedua, bahwa fasilitas dan sumber-sumber yang diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas itu diberikan oleh orang orang lain, bukan oleh pemegang peranan itu. Dalam hal ini, pejabat memiki posisi yang sama dengan pekerja pabrik, sedang Weber secara modern mengartikannya sebagai individu dari alat-alat produksi. Tetapi pejabat memiliki ciri yang membedakannya dengan pekerja: ia memiliki otoritas. Karena pejabat memiliki otoritas dan pada saat yang sama inilah sumbangannya, ia berlaku hampir tanpa penjelasan bahwa suatu jabatan tercakup dalam administrasi (setiap bentuk otoritas mengekspresikan dirinya sendiri dan fungsinya sebagai administrasi). Bagi Weber membicarakan pejabat-pejabat administrasi adalah bertele-tele. Meskipun demikian konsep tersebut muncul pertama kalinya. Perwira Tentara, Pendeta, Manajer Pabrik semuanya adalah pejabat yang menghabiskan waktunya untuk menginterpretasikan dan memindahkan instruksi tertulis. Ciri pokok pejabat birokrasi adalah orang yang diangkat, bukan dipilih. Dengan menyatakan hal ini Weber telah hampir sampai pada definisi umumnya yang dikenakan terhadap birokrasi. Weber memandang Birokrasi sebagai birokrasi rasional atau ideal sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern, yang baginya jauh lebih penting dari seluruh proses sosial (Sarundajang, 2003).
2. Farel Heady (1989):
Birokrasi adalah struktur tertentu yang memiliki karakteristik tertentu: hierarki, diferensiasi dan kualifikasi atau kompetensi. Hierarkhi bekaitan dengan struktur jabatan yang mengakibatkan perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi. Diferensisasi yang dimaksud adalah perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi birokrasi dalam mencapai tujuan. Sedangkan kualifikasi atau kompetensi maksudnya adalah seorang birokrat hendaknya orang yang memiliki kualifikasi atau kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya secara profesional. Dalam hal ini seorang birokrat bukanlah orang yang tidak tahu menahu tentang tugas dan wewenangnya, melainkan orang yang sangat profesional dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut.
3. Hegel:
Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organiik yang netral di dalam struktur sosial dan berfungsi sebagai penghubung antara Negara yang memanifestasikan kepentingan umum, dan masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam masyarakat. Hegel melihat, bahwa birokrasi merupakan jembatan yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda. Oleh sebab itu peran birokrasi menjadi sangat strategis dalam rangka menyatukan persepsi dan perspektif antara Negara (pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi kekacauan.
4. Karl Marx
Birokrasi adalah Organisasi yang bersifat Parasitik dan Eksploitatif. Birokrasi merupakan Instrumen bagi kelas yang berkuasa untuk mengekploitasi kelas sosial yang lain (yang dikuasai). Birokrasi berfungsi untuk mempertahankan privilage dan status quo bagi kepentingan kelas kapitalis. Dalam pandangan Marx yang berbeda dengan Hegel, birokrasi merupakan sistem yang diciptakan oleh kalangan atas (the have) untuk mperdayai kalangan bawah (the have not) demi mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Dalam hal ini birokrasi menjadi kambing hitam bagi kesalahan penguasa terhadap rakyatnya. Segenap kesalahan penguasa akhirnya tertumpu pada birokrasi yang sebenarnya hanya menjadi alat saja.
5. Blau dan Meyer
Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inflexibility) dan kemandegan struktural (structural static), tata cara yang berlebihan (ritualism) dan penyimpangan sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian (alienation) serta otomatis (automatism) dan menutup diri terhadap perbedaan pendapat (constrain of dissent). Dengan demikian Blau dan Meyer melihat bahwa birokrasi adalah sesuatu yang negative  yang hanya akan menjadi masalah bagi masyarakat.
6. Yahya Muhaimin
Keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas membantu pemerintah (untuk memberikan pelayanan publik) dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.
7. Almond and Powell (1966):
The Governmental Bureaucracy is a group of formally organized offices and duties, lnked in a complex grading subordinates to the formal roler maker (Birokrasi Pemerintahan adalah sekumpulan tugas dan jabatan yang terorganisir secara formal berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada pembuat peran formal) Dari berbagai pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Birokrasi sesungguhnya dapat dipahami dan diberi pengertian sebagai suatu sistem kerja yang berlaku dalam organisasi yang mengatur interaksi sosial baik ke dalam maupun keluar. Secara spesifik birokrasi publik (pemerintahan) dapat dimaknai sebagai institusi atau agen pemerintahan yang dilengkapi dengan otoritas sistematik dan rasional dengan aturan-aturan yang lugas (a system of authority relations defined by rationally developed rule) (Chandler and Plano, 1982 dalam Hariyoso, 2002)

2.2 Model Birokrasi Indonesia

Konsep Max Weber Berbicara soal birokrasi, kita pasti teringat konsep yang digagas Max Weber, sosiolog ternama asal Jerman, yang dikenal melalui ideal type (tipe ideal) birokrasi modern. Model itulah yang sering diadopsi dalam berbagai rujukan birokrasi negara Indonesia walaupun dalam penerapan tidak sepenuhnya bisa dilakukan. Tipe ideal itu melekat dalam struktur organisasi rasional dengan prinsip “rasionalitas”, yang bercirikan pembagian kerja, pelimpahan wewenang, impersonalitas, kualifikasi teknis, dan efisiensi.
Pada dasarnya, tipe ideal birokrasi yang diusung oleh Weber bertujuan ingin menghasilkan efisiensi dalam pengaturan negara. Tapi, kenyataan dalam praktik konsep Weber sudah tidak lagi sepenuhnya tepat disesuaikan dengan keadaan saat ini, apalagi dalam konteks Indonesia. Perlu ada pembaharuan makna dan kandungan birokrasi.Secara filosofis dalam paradigma Weberian, birokrasi merupakan organisasi yang rasional dengan mengedepankan mekanisme sosial yang “memaksimumkan efisiensi”. Pengertian efisiensi digunakan secara netral untuk mengacu pada aspek-aspek administrasi dan organisasi. Dalam pandangan ini, birokrasi dimaknai sebagai institusi formal yang memerankan fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Jadi, birokrasi dalam pengertian Weberian adalah fungsi dari biro untuk menjawab secara rasional terhadap serangkaian tujuan yang ditetapkan pemerintahan. Kalau boleh dibilang, birokrasi Weber berparadigma netral dan bebas nilai.
Meski sudah mengenal birokrasi yang modern, namun jauh sebelum itu, masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menerapkan sejenis “ birokrasi kerajaan ” yang feudal aristokratik. Sehingga dalam upaya penerapan birokrasi modern,yang terjadi hanyalah bentuk luarnya saja, belum tata nilainya. Sebagaimana yang diteapkan di Indonesia lebih mendekati pengertian Weber mengenai “ dominasi patrimonial”, dimana jabatan dan perilaku di dalam hirarki lebih di dasarkan pada hubungan pribadi. Dalam model Weber, tentang dominasi birokrasi patrimonial individu-individu dan golongan yang berkuasa mengontrol kekuasaan dan otoritas jabatan untuk kepentingan ekonomi politik mereka.
Ciri-ciri dominasi birokrasi patrimonial ala Weber yang hampir secara keseluruhan terjadi di Indonesia antara lain pejabat-pejabat disaring atas kinerja pribadi, jabatan di pandang sebagai sumber kekuasaan atau kekayaan, pejabat-pejabat mengontrol,baik fungsi politik ataupun administrative, setiap tindakan diarahkan oleh hubungan pribadi dan politik.
Ada beberapa aspek pada penampilan birokrasi di Indonesia, antara lain:
1.      Sentralisasi yang cukup kuat
Di Indonesia, kecenderungan sentralisasi yang amat kuat merupakan salah satu aspek yang menonjol dalam penampilan birokrasi pemerintah. Hal ini disebabkan karena birokrasi pemerintah bekerja dan berkembang dalam lingkungan yang kondusifterhadap hidup dan berkembangya nilai-nilai sentralistik tersebut.
2.      Menilai tinggi keseragaman dan struktur birokrasi
Di Indonesia, keseragaman atau kesamaan bentuk susunan, jumlah unit, dan nama tiap unit birokrasi demikian menonjol dalam stuktur birokrasi pemerintah.
3.      Pendelegasian wewenang yang kabur
Meskipun struktur birokrasi pada pemerintah Indonesia sudah hirarkis, dalam praktek perincian wewenang menurut jenjang sangat sulit dilaksanankan. Dalam kenyataanya, segala keputusan sangat bergantung pada pimpinan tertinggi dalam birokrasi. Sementara hubungan antar jenjang dalam birokrasi diwarnai oleh pola hubungan pribadi.
4.      Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis jabatan
Meskipun perumusan uraian tugas dalam birokrasi merupakan kebutuhan yang sangat nyata, jarang sekali birokrasi kita memilikinya secara lengkap. Kalaupun adasering tidak dijalankan secara konsisten. Di samping hambatan yang berkaitan dengan keterampilan teknis dalam penyusunannya, hambatan yang dirasakan adalah adanya keengganan merumuskannya dengan tuntas. Kesulitan lain yang dihadapi birokrasi di Indonesia adalah kesulitan dalam merumuskan jabatan fungsional.
Hal lain yang cukup menarik dan dapat dijumpai dalam penampilan birokrasi pemerintah Indonesia adanya upacara-upacara yang bersifat formalitas dan hubungan yang bersifat pribadi. Hubungan yang bersifat pribadi sangat mendapat tempat dalam budaya birokrasi di Indonesia, karena dengan adanya hubungan pribadi dengan para key person banyak persoalan yang sulit menjadi mudah atau sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa birokrasi di negara kita belum baik dan masih banyak yang perlu diperbaiki.
o   Kelemahan Birokrasi Di Indonesia
Keluhan tentang birokrasi Indonesia umumnya bermuara pada penilaian bahwa birokrasi di Indonesia tidak netral. Dalam realitanya, yang menggejala di Indonesia saat ini adalah praktek buruk yang menyimpang dari teori idealismenya Weber. Dalam prakteknya, muncul kesan yang menunjukkan seakan-akan para pejabat dibiarkan menggunakan kedudukannya di birokrasi untuk kepentingan diri dan kelompok. Ini dapat dibuktikan dengan hadirnya bentuk praktek birokrasi yang tidak efisien dan bertele-tele.
o   Harapan Model Birokrasi Masa Depan
Kebutuhan yang nyata saat ini dalam praktek birokrasi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan konkret dari masyarakat. Kebutuhan akan peningkatan kualitas kehidupan politik menjadi suatu tuntutan yang tak terhindarkan. Kondisi birokrasi Indonesia yang masih bercorak patrimonial, adalah merupakan benang sejarah yang perlu diperhatikan dengan seksama. Dalam perkembangan kearah modernisasi menuntut adanya peningkatan kualitas administrasi dan manajemen.
Selain itu, dalam menghadapi kondisi saat ini dan menjawab tantangan masa sekarang, birokrasi Indonesia diharapkan mempunyai kharakteristik yang mampu bersifat netral, berorientasi pada masyarakat, dan mengurangi budaya patrimonial di dalam birokrasi tersebut.


BAB III

PENUTUP


3.1    Kesimpulan

Birokrasi adalah kekuasaan dari berbagai departemen pemerintahan dalam menentukan kebijakan system administrasi sipil dalam kewarganegaraan. Birokrasi memiliki tiga model, yaitu : model Weberian, model Marxis, dan model Parkinsonia.
Indonesia menganut model tipe idealnya Max Weber. Tipe ideal itu melekat dalam struktur organisasi rasional dengan prinsip “rasionalitas”, yang bercirikan pembagian kerja, pelimpahan wewenang, impersonalitas, kualifikasi teknis, dan efisiensi. Walau dalam penerapannya tidak bisa dilakukan sepenuhnya
Kelebihan model birokrasi model weberian adalah ada aturan, norma, dan prosedur untuk mengatur organisasi, ada spesialisasi pekerjaan dan job description yang jelas, ada hierarki otoritas yang formal, sehingga memudahkan pengkoordinasian.
Adaun kelemahan dari birokrasi weberian adalah hierarki otoritas yang formal malahan cenderung kaku, aturan dan kontrol yang terlalu rinci menyebabkan impersonality atau melupakan unsur-unsur kemanusiaan.

3.2     Saran

Dalam makalah kami ini masih banyak terdapat kesalahan baik itu berbentuk salah ketik (typo) maupun kurangnya bahan referensi untuk mengisi makalah ini, sehingga kemungkinan terdapat kurang tepatnya isi makalah maupun kesalahan isi dalam makalah ini. Maka dari itu kami mengharapkan keritik dan sarannya untuk menunjang perbaikann bagi yang ingin meneruskan pembuatan makalah kami ini.



KOLEKSI TUGASKU - Apakah Alasan Pelajar Merokok ??

January 26, 2020 Add Comment

PKM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
ALASAN PELAJAR MEROKOK
Disusun Oleh:
Nama Lengkap                  : Rivaldo Yonathan Raranta
NIM                                       : 1815613064
Regu                                      : 16
PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
TAHUN 2018

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG....................................................................................................... 1
1.2  RUMUSAN MASALAH................................................................................................... 3
1.3  TUJUAN............................................................................................................................ 3
1.4  MANFAAT........................................................................................................................ 3
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
   2.1 KONDISI UMUM MASYARAKAT SASARAN............................................................ 5
   2.2 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT SASARAN......................... 5
   2.3 PENEMUAN YANG LALU............................................................................................. 5
   2.4 RINGKASAN DAN KERANGKA PIKIR PENELITI..................................................... 6
   2.5 HIPOTESIS....................................................................................................................... 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
   3.1 PEMILIHAN SUBJEK...................................................................................................... 8
   3.2 DESAIN DAN PENDEKATAN PENELITIAN............................................................... 8
   3.3 PENGUMPULAN DATA................................................................................................. 8
BAB IV ANGGARAN BIAYA
   4.1 BIAYA............................................................................................................................... 9
BAB V PENUTUP
   5.1 KESIMPULAN................................................................................................................ 10
   5.2 SARAN............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
i

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dimanapun tempat selalu ditemukan orang merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status kaya atau miskin tanpa terkecuali. Padahal sebagian besar masyarakat sudah mengetahui bahaya dari merokok namun pada kenyataannya merokok telah menjadi kebudayaan. Menurut World Health Organization (WHO), tembakau membunuh lebih dari 5 juta orang per tahun dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta orang sampai tahun 2020, dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang yang didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 700 juta terutama di Asia. WHO memperkirakan 1,1 miliar perokok dunia berumur 15 tahun ke atas yaitu sepertiga dari total penduduk dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia setelah China, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia (Tarwoto, dkk, 2010).
Rata-rata perilaku merokok di Indonesia saat ini sebesar (29,3%). Proporsi perokok terbanyak terdapat di Kepulauan Riau dengan jumlah perokok setiap hari (27,2%) dan kadang-kadang merokok sebesar (3,5%). Proporsi merokok penduduk umur 15 tahun ke atas cenderung meningkat, dari tahun 2007 sebesar (34,2%) meningkat menjadi (36,3%) di tahun 2013.Sedangkan untuk Jawa Tengah proporsi perokok usia di atas 10 tahun yang merokok setiap hari sebesar (22,9%) dan perokok kadang-kadang sebesar (5,3%), dengan jumlah batang yang dihisap dalam sehari pada saat ini sebesar (10,7%) (Riskesdas, 2013).  Menurut Tarwoto, dkk (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah tekanan teman sebaya, berteman dengan perokok usia muda, status sosial ekonomi rendah, mempunyai orang tua yang merokok, saudara kandung, lingkungan sekolah (guru) yang merokok dan tidak percaya bahwa merokok mengganggu kesehatan. Penelitian lain di Indonesia dilakukan oleh Global Tobacco Youth Survey (GTYS) atau survei merokok pada remaja di Jakarta menunjukkan perilaku merokok karena lingkungan keluarga (66,85%) tinggal dengan keluarga yang merokok dan (93,2%) karena faktor media atau melihat iklan rokok di media.
1
Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan Trihandini dan Wismanto (2003), menunjukkan bahwa remaja yang merokok dipengaruhi oleh persepsinya terhadap gaya hidup modern, gaya hidup modern ini dipersepsi dari teman-teman sekelompoknya dan merokok akan merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide atau inspirasi. Selain itu menurut Saprudin (2007), alasan remaja merokok di Depok, Jawa Barat adalah karena melihat teman (28,43%), melihat orang tua/keluarga (19,61%), melihat tokoh/artis di televisi (16,66%), melihat guru (9,8%), menghilangkan stres (3,92%), dan tidak pernah mendapatkan informasi tentang bahaya merokok (10,79%).  Hasil penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok remaja (nilai p=0,056) (Rachmat, dkk, 2013). Namun hasil penelitian Racmat, dkk tidak sejalan dengan penelitian Maseda, dkk (2013), menunjukkan hasil bahwa sampel sebanyak 128 responden 110 memiliki pengetahuan baik dan 18 responden memiliki pengetahuan kurang baik sehingga disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok remaja (nilai p=0,015).
Kemudian penelitian Rachmat dkk (2013), juga menunjukkan ada hubungan antara iklan rokok dengan perilaku merokok remaja (nilai p=0,000). Dalam penelitian Handoko (2012), menunjukkan ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap bahaya rokok dengan frekuensi perilaku merokok (p=0,023).Di era globalisasi ini rokok sudah semakin luas berkembang. Terutama di negara berkembang, penyuluhan mengenai dampak bahaya merokok masih sangat kurang, karena rokok adalah salah satu sumber pendapatan negara dan sumber kesempatan kerja. Industri rokok melaksanakan secara agresif dan dengan mengaitkan merokok dengan gaya hidup modern, masyarakat terutama pelajar yang paling sangat terpengaruh. Para pelajar ini menganggap merokok adalah suatu hal yang biasa, tapi mereka belum sadar dampak dengan merokok tersebut. Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi pelajar merokok, dan tidak sedikit pula pelajar yang merokok adalah mereka yang kebanyakan sudah menginjak bangku SMA.
2
Dampak rokok tidak langsung mempengaruhi mereka, tapi sangat fatal akibatnya untuk masa depan, karena bukan hanya kematian yang diperoleh, tapi juga berbagai macam penyakit akan mudah menyakiti mereka. Tidak hanya berpengaruh pada diri sendiri, asap rokok juga sangat mengganggu orang – orang yang ada di sekitar, dan tidak sedikit juga orang – orang yang sudah mengalami banyak penyakit meskipun mereka bukanlah seorang perokok. Para pelajar ini menganggap merokok adalah sesuatu yang keren, dan sesuatu yang bermanfaat walaupun itu hanya sementara. Oleh sebab itu, atas dasar realita ini penulis membahasnya dalam bentuk karya tulis yang berjudul “Alasan pelajar merokok
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat ditarik adalah :
-          Apa alasan pelajar merokok ?
-          Bagaimana pengaruh pelajar merokok terhadap kondisi di masyarakat sekitar ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan pelajar merokok dan pengaruhnya bagi masyarakat sekitar
1.4  Manfaat Penelitian
1.      Manfaat bagi pihak intern (sekolah) :
-          Untuk mengantisipasi atau mengurangi adanya tindak merokok dikalangan pelajar
-          Untuk memberi pengaran lebih lanjut mengenai dampak merokok di kalangan  pelajar
-          Untuk memberi acuan atau pedoman bahwa rokok adalah sesuatu yang tidak pantas dicoba
2.      Manfaat bagi pihak ekstern (diluar sekolah) :
-          Untuk memberikan informasi kepada orang tua mengenai pelajar yang merokok
3
-          Sebagai pedoman bagi masyarakat umum mengenai merokok di kalangan pelajar
-          Untuk mengantisipasi kepada orang tua maupun anak – anak lain mengenai merokok
4
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
2.1 Kondisi Umum Masyarakat Sasaran
Sasaran pada penelitian kali ini adalah pelajar di SMA Katolik Soverdi , kondisi saat ini bahwa pelajar di SMA Katolik Soverdi hampir sebagian besar sudah pernah merokok ataupun masih merokok hingga saat ini. Kebanyakan dari pelajar ini mengenal rokok di lingkungan pergaulan seperti pada saat di sekolah, ataupun lingkungan pergaulan di masyarkat sekitar, contohnya pergaulan di sekitar rumah yang kebanyakan memang perokok yang aktif dan secara tidak sadar perasaan ingin tahu akan timbul untuk mencoba atau sekedar coba – coba. Jadi secara umum kondisi pelajar saat ini mulai mengenal tentang merokok adalah karena kondisi pergaulan baik di lingkungan sekolah ataupun pergaulan di lingkungan rumah atau masyarakat sekitar.
2.2 Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat Sasaran
Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa para orang tua hampir sebagian besar tidak sadar bahwa anak – anaknya merokok yang menimbulkan semakin meningkatnya pelajar yang merokok, ataupun sebagian lain sudah tau bahwa anaknya merokok yang dikarenakan kondisi orang tua yang memang aktif merokok akhirnya menimbulkan anaknya juga aktif merokok. Selain dari orang tua, di masyarakat sekitar juga sudah menganggap hal ini sebagai hal yang biasa yang tidak perlu dipermasalahkan padahal merokok pada era sekarang sudah dianggap menjadi gaya hidup modern. Tanpa disadari hal ini akan menjadi penghambat ataupun perusak bagi generasi selanjutnya dimana gaya hidup modern (merokok) ini sudah dianggap menjadi hal yang biasa dan pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang biasa di kemudian hari.
2.3Penemuan yang lalu
Berdasarkan penlitian yang sudah dilakukan oleh para ahli dan para peneliti lain, menunjukan bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan pelajar merokok, yaitu ada beberapa pelajar yang merasa terangsang jika merokok, namun ada pula merokok karena ingin tenang dan merasa bebas dari rasa takut dan gelisah.
5
Tapi kebanyakan pelajar merokok karena ingin dianggap keren dan bisa menjadi lebih akrab dengan teman – teman yang juga seorang perokok.
2.4 Ringkasan dan kerangka pikir peneliti
Faktor penyeab pelajar merokok ada beberapa faktor, seperti faktor dari sendiri, dari lingkungan / masyarakat, teman, maupun dari media massa sangat berperan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang indvidu. Lingkungan di masyarakat, dan teman sepermainan, serta didukung media massa yang menyakian informasi bermutu akan berpengaruh positif terhadap perilaku seorang individu, dalam hal ini pelajar. Dengan demikian perilaku merokok di usia remaja dapat diminimalisasi atau bahkan dihindari. Begitu juga sebaliknya jika peran lingkungan sekitar membawa dampak negatif maka pembentukan karakter terutama bagi kalangan pelajar akan mengikuti lingkungan yang ada. Lingkungan yang negatif membawa karakter yang negatif pula, lingkungan yang positif juga memberikan dampak yang positif.
Oleh karena itu peran serta dari teman sebaya, orang tua, dan lingkungan masyarakat sangat penting dalam pembentukan karakter pelajar khusunya dalam hal ini mengenai masalah merokok. Tidak semua pelajar atau tidak semua orang mampu membawa dirinya tetap positif di tengah – tengah lingkungan yang negatif. Jadi kembali lagi kepada masing – masing individu untuk bepikir atau mau untuk berubah ditengah – tengah lingkungan yang ada.
2.5Hipotesis
Berdasarkan konsep – konsep yang telah dituangkan dalam kerangka berpikir, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. Bahwa lingkungan di masyarakat, dan teman sepermainan memiliki pengaruh penting dalam hubunganya dengan merokok di usia remaja. Dan disusul dengan faktor internal (diri sendiri), dan faktor media massa. Konsep - konsep tersebut masih bisa dikembangkan menjadi beberapa konsep yang lebih luas, karena tidak hanya pengaruh dari lingkungan, teman sebaya, faktor internal (diri sendiri), dan faktor media massa tetapi dari konsep – konsep tersebut masih ada beberapa hal yang masih bisa dikembangkan.
6
Dari konsep – konsep yang ada semuanya saling memiliki keterkaitan antar lingkungan dan teman sebaya maupun media massa dengan lingkungan, dan yang paling berpengaruh besar terhadap alasan pelajar merokok adalah lingkungan, karena dari lingkunganlah bisa berpengaruh terhadap diri sendiri (internal) , teman sebaya, maupun media massa. Kembali lagi lingkungan yang positif membawa dampak yang positif pula dan lingkungan yang negatif membawa dampak yang negatif pula.
7
BAB III
METODOLOGIPENELITIAN
3.1 Pemilihan subjek
Dalam suatu penelitian perlu menentukan subjek dan objek penelitian, yang menjadi subjek penelitian adalah orang atau responden sebagai sumber data, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah yang menjadi pusat perhatian peneliti. Subjek penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.
      3.1a Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kumpulan unit – unit elementer, atau hal  yang menjadi sumber pengambilan sampel yang memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal penelitian ini populasinya adalah murid SMA Katolik Soverdi
3.2 Desain dan pendekatan penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data yang diperoleh berupa data lisan karena langsung wawancara langsung dari pelajar di SMA Katolik Soverdi, para Guru dan karyawan yang ada.
3.3 Pengumpulan data
Cara memperoleh data dikenal sebagai metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini menggunakan metode survei lapangan ke sekolah sover Katolik Soverdi.
8
BAB IV
ANGGARAN BIAYA
4.1Anggaran Biaya
Dari hasil survei yang ada anggaran biaya yang diperlukan sebagai berikut :
1.      Transport                     Rp. 50.000,00
2.      Konsumsi                    Rp. 50.000,00
3.      Biaya Operasional
-          Kertas Folio                Rp. 10.000,00
-          Ballpoint                     Rp. 5.000,00 
 +
Total                Rp. 115.000,00
Total biaya yang diperoleh berdasarkan jarak dari rumah ke sekolah dimana pada saat wawancara berlangsung memerlukan konsumsi bagi narasumber dan juga membutuhkan beberapa kertas folio untuk menulis hasil wawancara.
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama alasan pelajar merokok adalah faktor dari lingkungan masyarakat, kemudian disusul oleh faktor media massa, faktor teman sebaya, faktor internal, dan faktor dari keluarga.
5.2 Saran
Setelah ditarik kesimpulan sebagaimana tersebut diatas, selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut.
1.      Remaja sebagai generasi penerus bangsa hendaknya dapat memilih apa yang baik dan apa yang tidak pantas untuk ditiru dalam lingkungan masyarakat.
2.      Remaja harus mempunyai ketahanan diri yang kuat apabila dalam lingkungan banyak hal – hal yang dapat menjerumuskanya dalam hal merokok.
3.      Orang tua yang menjadi orang terdekat para remaja di keluarga seharusnya mampu memberikan pengertian yang baik kepada anak – anaknya, dalam hal merokok.
4.      Orang tua, guru ataupun orang dewasa lainya harus menjadi teladan yang baik untuk remaja sehingga tercipta kondisi yang nyaman bagi remaja.
5.      Orang tua pada khususnya dan pemerintah pada umumnya harus membimbing dan menyaring segala bentuk informasi mengenai rokok, agar dapat menjadi pedoman yang baik bagi remaja.
10
DAFTAR PUSTAKA
dedyenha.blogspot.com/2012/03/makalah-perilaku-merokok-pada-remaja